Sunday, November 28, 2010

Lowongan Kerja SDIT Imam Syafi'i Jember

Lowongan Kerja SDIT Imam Syafi'i Jember

Fenomena TKI di Arab Saudi

Fenomena TKI di Arab Saudi

for you my brother

Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia
Posted: 25 Nov 2010 04:00 PM PST
Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“[1].
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].
Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:
- Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezki yang telah Allah tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan susah payah lahir dan batin[3]. Salah seorang ulama salaf berkata, “Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan) maka hendaknya dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah (penderitaan)“[4].
- Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata[5], “Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang lebih daripada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya seorang manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas) maka dia pasti (berambisi) mencari lembah harta yang ketiga“[6].
- Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan (dalam) jiwa“[7].
- Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah bagi orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah Ta’ala berikan kepadanya”[8].
- Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan mereka lebih utama dan mulia di sisi Allah Ta’ala dibandingkan generasi yang datang setelah mereka. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Ta’ala) daripada kalian”. Ada yang bertanya: Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat”[9].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 27 Syawaal 1431 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthon, MA
Artikel www.muslim.or.id
[1] HR Ibnu Majah (no. 4105), Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri dan syaikh al-Albani.
[2] Lihat kitab “at-Targib wat tarhiib” (4/55) karya imam al-Mundziri.
[3] Lihat keterangan imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[4] Dinukil oleh imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[5] Dalam kitab kitab “Igaatsatul lahfaan” (1/37).
[6] HSR al-Bukhari (no. 6072) dan Muslim (no. 116).
[7] HSR al-Bukhari (no. 6081) dan Muslim (no. 1051).
[8] HSR Muslim (no. 1054).
[9] Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam “al-Mushannaf” (no. 34550) dan Abu Nu’aim dalam “Hilyatul auliyaa’” (1/136) dengan sanad yang shahih, juga dinukil oleh imam Ibnu Rajab dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 279).
Agar Hati Tidak Membatu
Posted: 27 Nov 2010 04:00 PM PST
Segala puji bagi Allah, yang membentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat hamba-hamba-Nya. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi-Nya, teladan bagi segenap manusia, yang menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus menuju ampunan dan ridha-Nya. Amma ba’du.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidaklah seorang hamba mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada hati yang keras dan jauh dari Allah.” (al-Fawa’id, hal. 95).
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh celaka orang-orang yang berhati keras dari mengingat Allah, mereka itu berada dalam kesesatan yang amat nyata.” (QS. az-Zumar: 22).
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, “Maksudnya, hati mereka tidak menjadi lunak dengan membaca Kitab-Nya, tidak mau mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya, dan tidak merasa tenang dengan berzikir kepada-Nya. Akan tetapi hati mereka itu berpaling dari Rabbnya dan condong kepada selain-Nya…” (Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 722).
Ciri-Ciri Orang Berhati Keras
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menerangkan, bahwa ciri orang yang berhati keras itu adalah tidak lagi merespon larangan dan peringatan, tidak mau memahami apa maksud Allah dan rasul-Nya karena saking kerasnya hatinya. Sehingga tatkala setan melontarkan bisikan-bisikannya dengan serta-merta hal itu dijadikan oleh mereka sebagai argumen untuk mempertahankan kebatilan mereka, mereka pun menggunakannya sebagai senjata untuk berdebat dan membangkang kepada Allah dan rasul-Nya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 542)
Orang yang berhati keras itu tidak bisa memetik pelajaran dari nasehat-nasehat yang didengarnya, tidak bisa mengambil faedah dari ayat maupun peringatan-peringatan, tidak tertarik meskipun diberi motivasi dan dorongan, tidak merasa takut meskipun ditakut-takuti. Inilah salah satu bentuk hukuman terberat yang menimpa seorang hamba, yang mengakibatkan tidak ada petunjuk dan kebaikan yang disampaikan kepadanya kecuali justru memperburuk keadaannya (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 225).
Orang yang memiliki hati semacam ini, tidaklah dia menambah kesungguhannya dalam menuntut ilmu melainkan hal itu semakin mengeraskan hatinya… Wal ‘iyadzu billah (kita berlindung kepada Allah darinya)… Maka sangat wajar, apabila sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu mengingatkan kita semua, “Ilmu itu bukanlah dengan banyaknya riwayat. Akan tetapi hakekat ilmu itu adalah rasa takut.” Abdullah anak Imam Ahmad pernah bertanya kepada bapaknya, “Apakah Ma’ruf al-Kurkhi itu memiliki ilmu?!”. Imam Ahmad menjawab, “Wahai putraku, sesungguhnya dia memiliki pokok ilmu!! Yaitu rasa takut kepada Allah.” (lihat Kaifa Tatahammasu, hal. 12).
Sebab Hati Menjadi Keras
Sebab utama hati menjadi keras adalah kemusyrikan. Oleh sebab itu Ibnu Juraij rahimahullah menafsirkan ‘orang-orang yang berhati keras’ dalam surat al-Hajj ayat 53 sebagai orang-orang musyrik (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [5/326]). Demikian pula orang-orang yang bersikeras meninggalkan perintah-perintah Allah dan orang-orang yang memutarbalikkan ayat-ayat Allah (baca: ahlul bid’ah); mereka menyelewengkan maksud ayat-ayat agar cocok dengan hawa nafsunya. Orang-orang seperti mereka adalah orang-orang yang berhati keras (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 225). Selain itu, faktor lain yang menyebabkan hati menjadi keras adalah berlebih-lebihan dalam makan, tidur, berbicara dan bergaul (lihat al-Fawa’id, hal. 95)
Lembut dan Kuatkan Hatimu!
Sudah semestinya seorang muslim -apalagi seorang penuntut ilmu!- berupaya untuk memelihara keadaan hatinya agar tidak menjadi hati yang keras membatu. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa hati seorang hamba akan menjadi sehat dan kuat apabila pemiliknya menempuh tiga tindakan:
Menjaga kekuatan hati. Kekuatan hati akan terjaga dengan iman dan wirid-wirid ketaatan.
Melindunginya dari segala gangguan/bahaya. Perkara yang membahayakan itu adalah dosa, kemaksiatan dan segala bentuk penyimpangan.
Mengeluarkan zat-zat perusak yang mengendap di dalam dirinya. Yaitu dengan senantiasa melakukan taubat nasuha dan istighfar untuk menghapuskan dosa-dosa yang telah dilakukannya (lihat Ighatsat al-Lahfan, hal. 25-26)
Sungguh indah perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullah, “Setiap hamba pasti membutuhkan waktu-waktu tertentu untuk menyendiri dalam memanjatkan doa, berzikir, sholat, merenung, berintrospeksi diri dan memperbaiki hatinya.” (dinukil dari Kaifa Tatahammasu, hal. 13). Ibnu Taimiyah juga berkata, “Dzikir bagi hati laksana air bagi seekor ikan. Maka apakah yang akan terjadi apabila seekor ikan telah dipisahkan dari dalam air?” (lihat al-Wabil ash-Shayyib). Ada seseorang yang mengadu kepada Hasan al-Bashri, “Aku mengadukan kepadamu tentang kerasnya hatiku.” Maka beliau menasehatinya, “Lembutkanlah ia dengan berdzikir.”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menginginkan kejernihan hatinya hendaknya dia lebih mengutamakan Allah daripada menuruti berbagai keinginan hawa nafsunya. Hati yang terkungkung oleh syahwat akan terhalang dari Allah sesuai dengan kadar kebergantungannya kepada syahwat. Hancurnya hati disebabkan perasaan aman dari hukuman Allah dan terbuai oleh kelalaian. Sebaliknya, hati akan menjadi baik dan kuat karena rasa takut kepada Allah dan ketekunan berdzikir kepada-Nya.” (lihat al-Fawa’id, hal. 95)
Langkah Selanjutnya?
Dari keterangan-keterangan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa untuk menjaga hati kita agar tidak keras dan membatu adalah dengan cara:
Beriman kepada Allah dan segala sesuatu yang harus kita imani
Mentauhidkan-Nya, yaitu dengan mempersembahkan segala bentuk ibadah hanya kepada-Nya dan membebaskan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain-Nya
Melaksanakan ketaatan kepada-Nya dan taat kepada rasul-Nya
Meninggalkan perbuatan dosa, maksiat dan penyimpangan
Banyak mengingat Allah, ketika berada di keramaian maupun ketika bersendirian
Banyak bertaubat dan beristighfar kepada Allah untuk menghapus dosa-dosa kita
Menanamkan perasaan takut kepada Allah dan berusaha untuk senantiasa menghadirkannya dimana pun kita berada
Merenungi maksud ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Selalu bermuhasabah/berintrospeksi diri untuk memperbaiki diri dan menjaga diri dari kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu
Bergantung kepada Allah dan mendahulukan Allah di atas segala-galanya
Ya Allah, lunakkanlah hati kami dengan mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu…
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

karakter anak

Membangun karakter anak

Persaingan tahun 2021! Itu yang menjadi beban banyak orang tua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai negara di dunia.
`’Tuntutan kualitas sumber daya manusia tahun 2021 membutuhkan good character,'’ kata Dr Ratna Megawangi dalam seminar setengah hari Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini, Seberapa Penting? di Jakarta, 3 Mei lalu.
Adalah orang-orang yang senang belajar, terampil menyelesaikan masalah, komunikator yang efektif, berani mengambil risiko, punya integritas -jujur, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan–, dan penuh perhatian, toleransi, dan luwes yang bisa bersaing kelak. Itu adalah karakter yang bagus. Betapa tidak. Banyak orang yang pintar dan berpengetahuan.
`’Karakter adalah kunci keberhasilan individu,'’ tambah Ratna. Ia lantas mengutip sebuah hasil penelitian di AS bahwa 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Didukung pula penelitian lain yang menunjukkan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana mendidik karakter anak? Menurut Ratna Megawangi, menciptakan lingkungan yang kondusif. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak ang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Untuk itu, pendiri sekaligus direktur eksekutif Indonesia Heritage Foundation ini melihat peran keluarga, sekolah, dan komunitas amat menentukan.
Membentuk karakterMembentuk karakter, kata Ratna Megawangi, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, jelas ketua bagian Tumbuh Kembang Anak, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, ini, akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Untuk itu, ia melihat tiga pihak yang mempunyai peran penting. Yakni, keluarga, sekolah, dan komunitas.
Dalam pembentukan karakter, jelas Ratna, ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kemudian, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau berbohong. `’Karena tahu berbohong itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan,'’ kata Ratna, mencontohkan.
Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses itu, Ratna menyebut sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan santun; kasi sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan. Karakter baik ini harus dipelihara. Lalu, bagaimana menanamkan karakter pada anak? Mengutip hasil riset otak mutakhir, Ratna menyebut usia di bawah tujuh tahun merupakan masa terpenting. `’Salah didik memengaruhi saat ia dewasa,'’ katanya.
Mana yang disimpan?Pendidikan karakter seharusnya dimulai saat anak masih balita. Praktisi pendidikan Edy Wiyono, pada acara yang sama, menggambarkan betapa balita masih kosong pengalaman. `’Jika ia melihat sesuatu langsung dimasukkan tanpa dipilih-pilih,'’ katanya. Itu bisa terjadi karena dalam benak balita belum ada ‘program’ penyaring.
Nah, materi yang pertama masuk pada otak anak akan berfungsi sebagai penyaring. Karena itu, Edy mengingatkan orang tua agar waspada. Sebab, jika terlambat mengisi pengalaman pada anaknya, maka bisa lebih dulu diisi pihak lain. ‘’Orang tua yang jarang berinteraksi dengan anak pada usia ini, berhati-hatilah,'’ katanya.
Anak tak hanya merekam materi yang masuk. Tapi juga yang lebih dipercaya, yang lebih menyenangkan, dan yang berlangsung terus-menerus. Saat anak sudah memasuki dunia sekolah, anak biasanya lebih percaya pada guru. Bila demikian adanya, Edy mengingatkan hal itu sebagai pertanda orang tua untuk mengevaluasi diri. `’Kita harus meningkatkan kemampuan kita untuk lebih dipercaya.'’
Bagi orang tua bekerja, Edy juga mengingatkan agar selalu menyediakan waktu bagi anak-anaknya. ‘’Hati-hati, agar jangan sampai tv menggantikan peran orang tua bagi sang anak,'’ ujarnya.
Bekerja maupun tidak, menurut Edy, orang tua harus berupaya menjadikan dirinya role model untuk membangun kepercayaan anak. Selain itu, mengupayakan komunikasi dengan anak secara menyenangkan, tidak hanya memerintah-merintah, mengkritik, dan membentak-bentak. ‘’Anak dirancang Tuhan tidak untuk dibentak-bentak,'’ ujar Edy,'’Karena sesungguhnya pendengaran anak itu amat tajam.'’
Untuk mendampingi sang anak yang tengah dalam pertumbuhan, praktisi multiple intelligences and holistic learning ini menyarankan para orang tua agar berupaya menjadi ‘konsultan pribadi’ mereka. Bagaimana caranya? Yang paling utama, Edy menyarankan kebiasaan yang dilakukan para orang tua. ‘’Stop menghakimi anak dan stop mengungkit-ungkit,'’ katanya. Ia juga mengingatkan agar tidak menggunakan amarah. Sebab, marah tidak pernah menyelesaikan masalah dengan baik. Tidak juga membanding-bandingkan anak.
Dalam berkomunikasi, orang tua hendaknya menjadi pendengar yang baik, tidak menyela pembicaraan, mengganti pernyataan dengan pertanyaan, berempati terhadap anak dan masalahnya, tidak berkomentar sebelum diminta. Kalaupun berkomentar, saran Edy, gunakan komentar yang menyenangkan. Yakni, misalnya, dengan metode ‘’rasa-rasa …'’, ‘’dulu pernah …'’.
Satu hal yang tak boleh dilupakan, kata Edy, orang tua jangan pernah membuat keputusan untuk anak. ‘’Biarkan anak yang memilih,'’ katanya. Dan, selama pertumbuhan anak, Edy menyarankan para orang tua untuk selalu membangun kedekatan dan biasakan berdialog. ‘’Agar anak terbiasa untuk meminta pertimbangan dan nasihat dari Anda.'’
Melewati Fase Kritis Anak
Ada enam fase kritis, menurut praktisi pendidikan Edy Wiyono, yang dilalui anak hingga menjadi dewasa. Orang tua dan guru hendaknya memahaminya sebagai suatu yang normal. ‘’Bahwa anak sudah pada fasenya,'’ kata narasumber Smart Parenting di Smart FM 95,9 ini. Edy memberi bantuan pada para orang tua untuk menandai dan menyikapi fase-fase pertumbuhan anaknya mulai dari balita, usia TK, usia SD, usia SMP, usia SMA, hingga usia kuliah. Satu hal yang penting tak boleh dilepaskan dalam masing-masing fase itu, Edy menyarankan, ‘’Gunakan pujian untuk perilaku, atau perubahan perilaku yang baik. Berikut lima dari enam fase yang disampaikannya beberapa waktu lalu:
Usia balitaCiri-ciri: merasa selalu benar, memaksakan kehendak, tidak mau berbagi. Peran orang tua:- Berikan kesempatan anak beberapa detik untuk berkuasa. - Berikan kesempatan beberapa detik untuk memiliki secara penuh.- Perkenalkan pada arti boleh dan tidak boleh dengan menggunakan ekspresi wajah.- Konsisten dan jangan menggunakan kekerasan baik suara maupun fisik.
Usia TKCiri-ciri: konflik adaptatif, imitatif, berbagi, dan mau mengalah. Ketiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok.Peran orang tua:- Beri kesempatan untuk memerhatikan, mencoba, dan bekerja sama. - Perhatikan dan luruskan perilaku imitatif yang cenderung negatif. - Dukunglah anak untuk bisa berbagi dan mengalah.
Usia SDCiri-ciri: anak ingin mendapat pengakuan diri. Karena itu, ciri-ciri utamanya punya pendapat berbeda, penampilan berbeda, gaya bicara berbeda, dan hobinya pun berbeda.Peran orang tua:- Menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan.- Ajaklah dialog logika dan pengalaman. - Pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi. - Jangan langsung menyela gaya bicaranya, bangun ketertarikan dan bantulah dia untuk bisa lebih punya gaya bicara yang menarik.
Usia SMPCiri-ciri: anak memasuki persaingan. Karena itu anak mengalami konflik antarpersonal, konflik antarkelompok, dan konflik sosial. Peran orang tua:- Meningkatkan proses kedekatan dengan anak melalui dialog dan berbagai cara.- Jadilah pendengar yang baik dan buka menjadi hakim.- Jangan pernah menyela pembicaraan dan cerianya. - Jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya.
Wallahu’alam.

my assignment

Name : Kusbandiyah
NPM : 200712500107
Claas : 7.C
Lecture : Literature

Thank you Allah
Thank you Allah
Thank you for everything You give
You always give what I need
You always give the best for me
Oh Allah,
You make everything be easy
You make my time full of happiness
You make my life more meaningful
Thank you Allah
You always care about me
Always listening .... always understanding
You are the Great Love
You are the one and only
Thank you Allah
Without You .... I’m nothing

RPP Kusbandiyah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Nama Sekolah : SMK Kesuma Bangsa I Depok
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas / Semester : X / I
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit


I. Standar Kompetensi
Berkomunikasi dengan bahasa Inggris setara level novice (orang baru)

II. Kompetensi Dasar
Menyebutkan bendabenda, orang, ciriciri, waktu, hari, bulan dan tahun.

III. Indikator
• Namanama benda dan kata yang mendeskripsikan benda yang terkait dengan warna, bentuk, asal (origin), ukuran, bahan, jumlah, dan kualitas disebutkan dengan tepat.
• Waktu (time of the day), namanama hari / tanggal, bulan, dan tahun disebutkan dengan tepat.

IV. Materi Pokok Pembelajaran
• Adjective showing : colours, quality, size, shape, age, origin, and material
• Noun showing : time, day, date, month, year
• Vocabulary review
• Grammar review; Singular and plural noun

V. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan awal
 Greeting, absensi dan review
b. Kegiatan Inti
 Listening; dictation
 Speaking; describing things
 Reading; reading the texts, sentences
 Writing; writing sentences that describe things
c. Kegiatan Akhir
 Kesimpulan
 Test

VI. Sumber dan Alat Belajar
a. Sumber Buku :
“Module, A New Approach to Learn English” for class X SMK, Tim MGMP Bahasa Inggris, Berkhidmat Untuk Ilmu (HUP), Edisi Revisi.
“English Vocabulary in Use” preintermediate and intermediate, Stuart Redman, Penerbit Erlangga.
“Kamus Inggris Indonesia”, John M, Echols dan Hasan Shadili, Penerbit PT. Gramedia Jakarta.

b. Alat dan Bahan :
LKS, dialog pendek, tanya jawab, diskusi dan ceramah

VII. Penilaian
a. Observasi dan penilaian motorik : Performance
b. Penilaian Kognitif : Tes Tertulis (kelompok)





Depok, 27 Oktober 2010,
Guru Bidang Studi, Peserta PPL,




Erna Rofiah, S.Pd. Kusbandiyah
NPM : 200712500107




Mengetahui
Kepala SMK Kesuma Bangsa I,



H. Achmad Danih, S.Pd.

Tuesday, November 16, 2010

Kakak ......

Astaghfirullah, alhamdulillah........... ternyata Allah masih mengizinkan kita ketemu meski sikon ga baik untuk berdiskusi. Dhiah lagi ga fit dan kakak juga udah ke tempat abang dulu dan emang udah ga ada yang penting untuk didiskusikan... meski ada rasa sebel dikit atau mungkin banyak ka, tapi ya sudahlah.. dhiah cuma masih pingin tahu sebenarnya kakak tuh gimana sih?? dhiah yang salah tafsir atau emang kakak ga mau bicara?? makasih masih mau bantu dhiah dan makasih masih mau tanya" dan cerita keluarga ma dhiah.... Emang dhiah sangat salah atau bener kakak yang bandel tapi napa harus gini?? dhiah selalu salah dan kakak selalu nyalahin dhiah n bela abang. dhiah emang mungkin ga penting bagi kakak n bener kata mbak kali.... ka, dhiah tuh pingin tahu dan dengar langsung dari kakak, dhiah ga mau kakak bantu" dhiah cuma karena kasihan doank. kakak sebenarnya masih mau senyum dan kasih senyum tulus ke ana ga sih?? kakak masih mau cerita atau ga atau cuma basa basi saja ka.. dhiah seneng kalo kakak mau banting stir, n ga terlalu ngoyo ... ana masih ingin di depok, dan ana sebenarnya ga pingin kerja kalo udah punya suami (selama suami masih bisa mencukupi nafkah ana ka hehe ......)ana pingin dakwah saja dan jadi ibu yang menciptakan anak" hebat di mata Allah... semoga dhiah ga dapat masalah/teguran lagi dari keluarga kakak,, ana sebenarnya masih sedikit marah ma kakak tapi karena Umi selalu nasehatin" dhiah, jadi dhiah berusaha supaya biasa saja ma kakak, lagian kakak udah banyak banget bantu dhiah, tika abang" dhiah ga peduli n sibuk dengan keluarga masing-masing... kakak baik banget ma dhiah, mungkin karena kakak baik ma siapa saja jadi dhiahga perlu menafsirkan hal yang aneh"".... makasih ya ka.... semoga kita selalu baik" dan makin baik...