Thursday, January 1, 2015

Kehampaan Batiniah



“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilah (Tuhan)-nya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(QS Al-Jaatsiyah [45] : 23)

Sahabat, orang yang berakal sehat tidak akan tenggelam dalam penjara materialisme. Mereka sangat memahami bahwa kebahagiaan bukanlah diukur dari berapa banyak materi yang diperoleh. Sedikit lebih baik bila disyukuri, daripada banyak tetapi dikufuri. Realita menunjukkan, berapa banyak orang yang memiliki materi yang melimpah tetapi ia tak merasa bahagia. Dan berapa banyak orang yang memiliki materi yang sedikit tetapi ia bahagia. Imam Ali pernah memberi nasihat: “Orang yang serakah adalah tawanan dari kehinaan yang tak berkesudahan.”

Kita saksikan hari ini, kebanyakan manusia mengaku “orang modern” ternyata jauh lebih banyak yang mengalami kehampaan batiniah. Idealnya, orang modern adalah manusia yang berpikir logis untuk meningkatkan kehidupannya, paham bagaimana cara mencarinya, dan sadar akan tujuan hidupnya.

Tetapi kenyataannya, kemanusiaannya lebih rendah dibanding kemajuan berpikir dan teknologi yang telah dicapainya. Bahkan yang lebih memprihatinkan, kebanyakan manusia modern bukan saja tidak mengerti tentang tujuan hidupnya, tetapi gaya hidup masyarakat modern (industri) yang rasional dan sekuler telah mampu memisahkan agama dari keseharian hidup mereka. Agama menjadi terasing dari kehidupan sosial, terpenjara dalam hati, pasif dan tidak teraktualisasi dalam kehidupan nyata.

Hal itulah yang kemudian menyebabkan manusia kehilangan pegangan hidup dalam memimpin dirinya ke arah kebaikan. Manusia menjadi resah, hampa tujuan dan miskin dalam kekayaan, juga selalu merasa sepi dalam keramaian.

Dr. Ahmad Mubarak MA dalam “Psikologi Qur’ani” mengungkapkan: “Dalam perspektif kecerdasan boleh jadi manusia modern lebih memiliki kecerdasan intelektual, tetapi belum tentu memiliki kecerdasan emosional, apalagi kecerdasan spiritual. Sebaliknya, masyarakat tradisional boleh jadi kurang memiliki kecerdasan intelektual, tetapi mungkin lebih tinggi kecerdasan emosional bahkan kecerdasan spiritualnya dibanding masyarakat modern. Akibat ketidakseimbangan ini dapat kita jumpai dalam realita kehidupan, manusia mengalami keguncangan jiwa yang sulit disembuhkan. Mereka terperosok ke dalam lubang yang dibuatnya sendiri, kehilangan percaya diri, kecemasan yang tak pernah henti dan kebosanan terhadap realita kehidupan. Sungguh teramat memprihatinkan, hidup dalam limpahan kemewahan tetapi tidak bisa menikmati keadaan.

Ada sebuah pepatah menyebutkan: “Kekayaan bukan milik orang yang mengumpulkannya, tetapi milik orang yang menikmatinya.”. Manusia modern telah melupakan satu sisi yang membentuk eksistensinya akibat keasyikannya pada sisi yang lain. Kemajuan industri telah mengoptimalkan kekuatan mekanisnya tetapi melemahkan rohaninya.

Manusia melengkapi dirinya dengan alat-alat industri dan ilmu pengetahuan eksperimental dan telah meninggalkan hal-hal yang baik yang diperlukan jiwanya. Akar-akar kerohanian sedang terbakar di tengah api hawa nafsu, keterasingan dan kenistaan. Kehampaan spiritual masyarakat modern telah membawa mereka berada pada kehidupan yang lepas dari nilai-nilai agama.

Keterikatan mereka akan dunia (materi) telah membutakan mata batin dan membiarkan dirinya berkelana dalam pencarian material tanpa batas. Kecintaannya akan materi telah membelenggunya hingga lupa akan tujuan hidup, fungsi hidup, dan tugas hidupnya sebagai manusia. Akal sehat sudah tak berfungsi lagi, karena hampir semua gerak hidup tercurah untuk mempercantik lahiriah dan menafikan (menolak) kebutuhan batiniah.

Penyakit peradaban modern adalah ketertundukan akal manusia kepada syahwat, tuli terhadap panggilan ruh, mengumbar panggilan tanah, enggan mengakui bahwa manusia merupakan tiupan ruh Allah dan pandangan bahwa manusia hanya tumbuh dan hidup dari tanah. Karena pemahaman inilah banyak manusia terlena.

Terbuai hanya mempercantik lahiriahnya. Mereka telah menjadi hamba jasad dan materi. Itulah gambaran masyarakat yang terkurung dalam penjara materialisme.

Semoga Allah selalu memberi cahaya hidayah kepada kita, sehingga tidak terjebak oleh gemerlapnya pesona dunia.

Allahumma Ya Allah, cukupkanlah aku apa yang halal dari-Mu, bukan dari yang haram. Dan kayakan aku dengan karunia-Mu, bukan dengan karunia selain-Mu. (HR At-Tirmidzi dan Nasai)

No comments: